Kating badan gede

Hari pertama masa orientasi Mahasiswa dalam lingkup jurusan diwarnai dengan berbagai macam keseruan yang telah disiapkan dengan sangat matang oleh para panitia, walau pagi hari diawali dengan shock therapy oleh para Komisi kedisplinan (Komdis) yang memeriksa kelengkapan atribut para mahasiswa baru, sekaligus menghukum mereka-mereka yang terlambat datang ke aula Fakultas.

Gigi, kita panggil saja perempuan yang rambutnya dikuncir satu ini dengan panggilan itu, terlihat sangat malas sekali mengikuti serangkaian acara ospek jurusan di hari ini. Bukan semata-mata karena rangkaian acara terlihat membosankan, Gigi merasa kesal karena ia tak memiliki anggota kelompok yang ia kenal, sedangkan teman-teman satu Gengnya, Esa, Jinu, Dodo, Daffa yang bisa dengan ajaibnya berada dalam kelompok yang sama.

Pukul dua sore, para Mahasiswa baru dari fakultas Hukum dikumpulkan di luar gedung untuk menyaksiakan pertunjukan dari Band kampus dan beberapa bakat unggulan dari SDM yang dimiliki oleh fakultas Hukum. Gigi hanya berdiri di barisan belakang, tanpa memberikan sedikitpun atensinya terhadap pertunjukan tersebut, ia hanya berharap acara osjur hari pertama ini segera berakhir, dan ia bisa pulang ke rumah, dan merebahkan tubuhnya yang terasa amat pegal karena sudah melewati rangkaian acara membosankan di hari ini.

“Woy!” Satu panggilan cukup keras, bersamaan dengan dorongan pelan pada bahu Gigi berhasil membuatnya menegakkan pandangannya untuk melihat siapa sosok yang dengan berani menyenggol bahu miliknya itu.

“Anjrit lo Daffa!” Ucap Gigi kesal ketika dilihatnya Daffa yang tiba-tiba hadir di barisan kelompoknya. “Jangan mancing emosi gue, mau gue puk-” Ucapan Gigi seketika terhenti ketika dilihatnya Esa yang ternyata ada di samping Daffa, lengkap dengan senyum manis ciri khasnya, “Gajadi, untung ada senyuman Esa, kalo gak ada, udah gue tendang kaki lo ampe bunyi krek.” Lanjut Gigi yang langsung direspon tawa renyah dari Esa.

“Mulut lo kayak gak pernah disekolahin, preman pasar ye lo?!” Jawab Daffa tak terima. Gigi dan Daffa, bagaikan tom and jerry dalam Gengnya, seringkali terlibat perdebatan tak penting, dan diantara keduanya tak mau ada yang mengalah jika berdebat.

“Udah-udah, berantem mulu, nanti jodoh aja.” Ujar Esa garing, berusaha menengahi perdebatan yang bisa saja semakin memanas apabila ia tak cepat mengambil langkah untuk memisahkan keduanya.

“Ogah, mending nikah sama Esa, adem banget anaknya.” Jawab Gigi sembari menatap kesal kepada Daffa, Daffa pun tak mau kalah, ia memutar bola matanya kesal ketika bertatapan dengan Gigi.

“Gue juga ogah, najis najis najis mugholadoh, alias najis besar.” Timpal Daffa masih tak mau kalah, Gigi lantas merengek kepada Esa meminta pembelaan, namun lagi dan lagi, Esa hanya terkekeh manis melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

“Udah udah, yang berantem beneran dikawinin Hahaha.” “Najis!” “Najis!” Timpal keduanya bersamaan.

“Hahaha, lagian, ribut terus kayak suami istri. Gini loh, sobat kecil...” Esa menjeda ucapannya, memegang bahu Gigi dan Daffa bersamaan, “Jadi si Daffa nih tadi ngide gitu, katanya liat sobat kecil kasian banget sendirian gak ada temennya, terus diajaklah gue buat nyamperin sobat kecil, biar gak sendirian bete di barisan belakang.” Sambung Esa menjelaskan, nampak Daffa hanya mencibir Gigi setelahnya, sedangkan Gigi hanya tersenyum kaku merasa bersalah karena sudah tak ramah kepada Daffa.

“Hehehe...” Gigi cengengesan sembari menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.

“Balik aje kita, Sa, emang gak tau disayang anaknya dia mah.” Daffa masih melanjutkan drama merajuknya, namun nampaknya Esa tak mau terlibat drama tersebut dan malah menarik kedua lengan temannya tersebut menuju barisan depan untuk menyaksikan Band kampus yang sebentar lagi akan tampil.

“Bentar lagi mulai.” Ucap Esa singkat, sedangkan Gigi dan Daffa hanya mengikuti langkah Esa yang terlihat amat bersemangat, tanpa memedulikan wajah kebingungan dari kelompok Gigi yang tiba-tiba kedatangan anggota dari kelompok lain.

“Dah di sini aja kita nontonnya, kelihatan pula.” Ucap Esa ketika berhasil membawa Gigi dan Daffa pada barisan terdepan, sebenarnya yang sekarang mereka lakukan ini sangat menyebalkan bagi Mahasiswa baru lainnya, karena terkesan menyerobot secara tiba-tiba barisan terdepan, namun, manusia mana yang tidak luluh apabila diberikan seulas senyum manis milik Esa? Bahkan Gigi percaya, apabila terjadi peperangan antar negara, dan Esa diletakkan di tengahnya, peperangan tersebut akan berhenti sejenak bilamana melihat senyum manis bak gulali tersebut.

Baru saja ketiganya hendak menikmati pertunjukan, tiba-tiba seorang perempuan, yang diketahui adalah Kakak pembimbing kelompok Gigi menghampiri mereka, “Hey, ini kenapa dua orang warna pitanya beda? kelompok mana kalian? kenapa kok ada di barisan anak-anak kelompok gue?” Tanya kating tersebut terdengar tegas.

“Oh enggak boleh nyampur ya, Kak?” Tanya Esa kebingungan. “Yah, kirain boleh...” Timpal Daffa juga.

“Enggak, sana sana pulang, nanti dicariin sama Kakak pendamping kalian.” Tanpa ragu, Kating tersebut mengusir Daffa dan Esa, dengan amat terpaksa keduanya pun meninggalkan Gigi sendirian, namun sebelum pergi, Esa dan Daffa membisikkan sesuatu di telinga Gigi,

“Jangan mundur, di depan aja, nanti kita diem-diem balik ke sini lagi bawa Dodo, Jinu.” Bisik Esa pelan. “Iya, jangan mundur, di depan aja, lu kan pendek.” Sambung Daffa meledek, baru saja Gigi hendak memukul, Daffa sudah duluan berlari menuju barisannya dan menoleh ke belakang sembari menjulurkan lidahnya, Gigi hanya bisa menghembuskan napasnya gusar dan berjanji akan menendang kaki Daffa jika kelak bertemu lagi.

Walau kesal, Gigi tetap mengikuti arahan dari temannya tersebut, dengan raut wajah yang terlihat amat malas, ia berdiri di barisan terdepan, menonton pertunjukan musik itu. Awalnya biasa aja, namun lama kelamaan, musik dan lagu yang dibawakan oleh Band kampusnya berhasil menyita perhatian Gigi lebih banyak dari sebelumnya. Bagaimana tidak, Band kampusnya membawakan lagu LANY favoritnya. Bahkan kini, Gigi ikut menyanyikan lagu tersebut, seakan lupa dengan rasa kesalnya terhadap acara ospek jurusan.

Oh my heart hurts so good I love you, babe, so bad, so bad, oh Oh my heart hurts so good I love you, babe, so bad, so bad

“Ish anjir, ini siapa sih yang nenteng-nenteng camera, ganggu aja.” Gerutu Gigi pelan ketika tiba-tiba seorang laki-laki berdiri tepat di depannya, dan menghalangi pandangannya untuk melihat Band kampus yang masih menyanyikan lagu Lany Favoritnya,

“Kak, maaf, boleh geseran dikit?” Akhirnya Gigi memberanikan diri untuk meminta Kating tersebut menggeserkan badannya agar tak menganggu Gigi menikmati lagu Favoritnya, namun sayang, permintaannya barusan sama sekali tak mendapat gubrisan dari Kating tersebut,

“Ck, conge kali ya, mana badannya gede banget pulak.” Kali ini gerutuan yang dikeluarkan dari bibir mungil Gigi terdengar agak lebih kencang dari sebelumnya, seharusnya sih Kating tersebut mendengarnya, namun ternyata sama sekali tak ada pergerakan dari Kating tersebut, yang membuat Gigi kembali kesal dan emosinya kembali memuncak seperti tadi ketika diledek oleh Daffa.

“Kak, sorry banget bisa geseran gak?! saya enggak kelihatan!” Kali ini Gigi berteriak, bahkan orang-orang di sekitarnya menetap Gigi heran karena teriakan tersebut. Nampaknya teriakan Gigi kali ini berhasil, Kating tersebut menoleh ke belakang setelah mendengar teriakan tersebut. Alih-alih menggeserkan badannya, Kating tersebut malah menatap datar kepada Gigi, dan setelah itu menaikkan sebelah alisnya, seolah-olah melihat Gigi sebagai manusia aneh yang berteriak kepadanya, dan kembali dengan kegiatan memotretnya, tanpa menggeserkan badannya sedikitpun.

“Wah anjir!” Teriak Gigi tak terima, “Saya mau liat panggungnya!” Sambungnya lagi, seakan tak memedulikan bahwa yang ia teriaki saat ini adalah panitia osjur yang bisa saja membuatnya terbentur masalah besar nantinya, bahkan bisa saja membuatnya dihadapkan oleh para Komdis yang dikenal sangat menyeramkan itu.

“Berisik, makanya jangan pendek.” Jawab Kating tersebut pada akhirnya, sontak orang-orang sekitar yang mendengar ucapannya barusan tertawa sembari menatap Gigi seperti lelucon. Gigi benar-benar naik pitam setelah mendengar itu, sudah mana merasa bosan dengan rangkaian acara, sekalinya mendapati satu rangkaian yang baginya cukup seru, malah dikacaukan dengan kehadiran tiba-tiba dari seorang kating berbadan besar di depannya itu.

So bad, oh Oh, my heart hurt Oh, my heart hurt Oh, my heart hurt So bad, oh

Terdengar lantunan dari bait akhir lagu tersebut, hingga akhirnya suara musik berhenti secara perlahan.

“Anjir, kan, selesai lagunya, ah elah!” Gerutu Gigi kesal, bagaimana tidak, ia hanya menikmati menit pertama lagu tersebut, dan sisanya ia habiskan untuk meminta Kating berbadan besar di depannya itu untuk bergeser agar tak menghalanginya.

“Makanya tinggi.” Ucap Kating itu dan menyelonong pergi, tanpa meminta maaf sedikitpun kepada Gigi. Kalau saja bukan di keramaian, sudah dipastikan Gigi akan menendang kaki Kating tersebut tepat mengenai tulang keringnya sebagai balasan dari sikap menyebalkan dan mulut tak sopannya itu. Berhubung sedang remai, dan Gigi masih waras untuk menyadari posisinya yang saat ini sebagai peserta Osjur, ia memaksa dirinya untuk memendam kekesalannya dan memikirkan balas dendam dengan cara lainnya.

Anjir nih Kating satu, harus gue kasih pelajaran.” Batin Gigi tak henti-hentinya menghardik laki-laki tersebut, dikeluarkannya handphone yang sedari tadi berada pada saku bajunya, dan segera ia ambil foto dari Kating tersebut secara diam-diam.

Mampus lo, gue viralin lo badak! biar disalty-in warga Twitter” Batinnya lagi, dan tak lupa seulas senyum licik tergambar pada bibir mungilnya. Tanpa Gigi sadari, tepat pada saat itu juga semesta sedang memulai sebuah permainan takdir diantara keduanya, entah bagaimana akhirnya, yang pasti, mereka sudah masuk ke dalam permainan yang tanpa sengaja tercipta.

IMG-20210807-WA0043

IMG-20210807-WA0044

-Ara.