Lupa untuk bangun

Semua terasa begitu jelas dan nyata bagi Disa. entah apa yang dinamakan itu, tatapi setiap kejadian itu rasanya begitu nyata dan terasa begitu menyakitkan baginya. Dengan jelas ia dapat mengingat semua kejadian panjang itu, setiap keping kejadian-kejadian tragis itu masih ia ingat dengan jelas.

Berkali-kali matanya berusaha untuk membuka, tapi tak kunjung berhasil. Lebih dari itu, ada sebagian dari diri Disa yang mencoba untuk menolak membuka matanya, karena ia khawatir semua kejadian itu bukan mimpi, ia takut bahwa itu semua adalah kenyataan, ia takut untuk bangun dan hidup dengan keterpurukan, penyesalan, keputusasaan, seperti yang ia rasakan didalam kejadian itu.

Disa pun selalu mendengar panggilan-panggilan dari telinganya, suara yang sangat ia kenal, suara dari orang yang sangat ia rindukan. Ya, siapa lagi jika bukan Jeffrey. Jeffrey yang ia lihat mati dalam sebuah kecelakaan yang diakibatkan oleh dirinya, Jeffrey yang malam itu janji akan bertemu lagi besok, Jeffrey yang selalu membangun mimpi-mimpi sederhana yang akan ia capai ketika kelak sudah berumah tangga bersama Disa.

“disaa...”

“kak disa...”

Lagi dan lagi suara itu terdengar. Disa takut untuk bangun. Ia tidak yakin bisa menerima kenyataan, jika benar semua yang dilihatnya benar-benar terjadi.

“disa kalo kamu dengar ini, saya mohon bangun!”

“Disa jangan jadikan mimpi saya jadi kenyataan.”

“kamu kan sudah janji gak akan tinggalin saya.”

Entah kenapa, semua keraguan Disa untuk bangun seketika runtuh. Setelah mendengar suara penuh pinta tersebut, Disa berusaha sekuat mungkin untuk membuka matanya, Disa hanya ingin membuka matanya memastikan bahwa suara itu benar berasal dari seorang Jeffrey, lebih dari itu Disa ingin membuktikan bahwa semua kejadian tragis yang ia lihat hanyalah mimpi, mimpi buruk yang sangat ia benci.

“jeff” Disa melenguh pelan.

Perlahan retina mata Disa terbuka, penglihatannya terasa sangat kabur. Matanya beberapa kali mengerjab untuk menghalau cahaya yang mencoba masuk menembus retinanya.

Setelah matanya terbuka dengan sempurna, Disa mencoba melihat kesekitar, ia bingung ketika melihat dinding putih disekitarnya, ditambah lagi ada beberapa tirai hijau disampingnya, serta aroma antiseptik yang menyengat indra penciumannya.

Matanya mencoba melihat sekitar, mencari sosok yang sangat ingin ia temui untuk memastikan bahwa semua yang ia lihat hanyalah mimpi.

Satu sosok mendekatinya, terlihat berjalan menuju kearah ranjangnya, namun Disa belum bisa melihat sosok itu dengan jelas, matanya masih terasa kabur.

“Disaaaa?!” panggil sosok itu.

Disa sangat yakin itu suara Jeffrey, beberapakali ia mencoba untuk merespon panggilan itu, namun semua bagian tubuhnya terasa sangat lemas.

Ada tangan yang langsung mengelus kepala disa, Tangan yang sangat Disa kenali, tangan yang selama ini selalu mengelus kepalanya ketika sedang bersama, Disa sangat yakin itu tangan Jeffrey.

“Disa kamu bisa dengar saya?”

“Jeff...” ucap Disa pelan.

“Iya! ini saya Jeffrey! Ah, ya tuhan akhirnya kamu bangun. sebentar saya panggilkan dokter dulu” Disa langsung menahan Jeffrey untuk tidak meninggalkannya, walaupun membutuhkan banyak sekali tenaga untuk menggerakkan tangannya yang seperti mati rasa.

“Jeff, jangan pergi” Ucap Disa pelan. bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Semua kejadian tragis itu kembali terlintas dan membuat Disa takut.

“Disa kenapa nangis? saya cuma mau panggil dokter kok”

“Jeff jangan pergi...”

Jeffrey mengurungkan niatnya untuk memanggil Dokter, ia langsung memeluk tubuh Disa pelan sembari mengelus puncak kepala Disa lembut.

“Takut jeff. takut.” Disa menangis dalam pelukan Jeffrey.

“Sstt, udah Disa, tenang. Ada saya disini.”

“Takut, takut banget. Rasanya kayak nyata banget jeff, takut...” Disa masih menangis ketakutan.

“Sssttt udah udah. tenang dulu ya? kamu baru sadar, saya takut kalo kamu nangis gini nanti kamu tambah sakit. Butuh 2 hari buat nungguin kamu sadar Disa.” Ucap Jeffrey. Ia memposisikan tubuh Disa dalam posisi terbaring diatas kasur lagi, khawatir jika terlalu lama memeluknya membuat keadaan Disa memburuk.

Jeffrey memegang tangan Disa, mengelus tangan itu dengan lembut, mencoba menenangkan Disa yang dari tadi terus-menerus menangis dan enggan untuk ditinggal oleh Jeffrey.

“Takut jeff, takut bangun dan ternyata lo gaada.”

“Kamu udah berhasil bangun Disa. Dan lihat, ada saya kan? jadi gak perlu khawatir lagi ya. saya selalu ada disamping kamu kok.”

“Gua mimpi buruk jeff, semuanya kerasa kayak nyata banget. semuanya. Gua bisa rasain sakitnya ditinggal lo sama Mark, gua juga bisa rasain gimana rasanya jadi manusia yang penuh rasa penyesalan sampai-sampai gua nyerah di mimpi itu. Beberapa kali coba buat bangun tapi gak bisa. Gua takut jeff...”

“Disa dengerin saya, itu cuma mimpi. Saya, Mark ada disamping kamu selama 2 hari ini. Kita gak pernah tinggalin kamu. jadi jangan takut lagi ya.”

“MARK MANA JEFF?!”

“Ada, lagi dibawah. Mark sama Nana saya suruh makan dulu, mereka belum makan dari tadi pagi. Tenang Disa, semua baik-baik aja kok.”

Disa sedikit tenang ketika mendengar itu semua. Ternyata semua kejadian buruk itu hanyalah mimpinya. Mimpi paling buruk yang pernah ia alami.

Tiba-tiba Disa teringat bahwa ia sekarang sedang diruangan yang bukan Kamarnya. Terakhir kali kejadian yang ia ingat adalah ketika ia merasa sangat mengantuk dan tidur di kamarnya. Dan sekarang ia berada disuatu ruangan yang ia yakini bukanlah kamarnya.

“Jeff gua kenapa ada disini? gua gak ngelakuin hal aneh kayak misalnya coba buat....”

“Iya! kamu ngelakuin hal aneh. Bisa-bisanya kamu gak makan, gak minum, demam panas tapi gak di obatin, tekanan darah kamu rendah dan kamu gak minum obat. Aneh banget! dua hari kamu gak sadar, saya rasanya mau ikutan gak sadar juga tau gak.” Ucap Jeffrey.

“hah?”

“Nana bangunin kamu buat nanya kunci mobil dimana, kamu malah gak bangun-bangun Disa! gimana gak panik saya dan Nana. Kamu tuh ya! saya kan udah sering bilang kalo sebelum kamu tidur, jangan sampai lupa bangun. Dan benar aja! 2 hari kamu lupa bangun Disa!” Jeffrey terdengar sedikit kesal.

“Jeff... daripada marah-marah apa lo gak mau peluk gua aja?” Ucap Disa pelan.

Jeffrey menatap Disa dengan tatapan yang sangat sulit untuk dideskripsikan. Terdapat kesedihan, kekesalan, kebahagiaan dalam tatapan tersebut.

Jeffrey memeluk Disa lagi, kali ini lebih erat seakan-akan tidak ingin kekasihnya pergi, Disa pun sama, ia memeluk Jeffrey dengan erat takut jika Jeffrey akan meninggalkannnya seperti di mimpi itu.

“Jangan lupa bangun lagi untuk besok-besok. saya kacau banget nungguin kamu sadar.” Ucap Jeffrey dan mengecup kening Disa dengan sangat lembut.

“Lo juga, jangan pernah muncul di mimpi buruk gua. capek tau mimpiin lo!”

Disa melepaskan pelukanya dan menatap Jeffrey dengan serius

“Janji sama gua, jangan pernah pake mobil lagi!” Ucap Disa tegas kepada Jeffrey. Jeffrey terlihat sangat bingung ketika mendengar ucapan Disa

“Loh? Nanti saya kalo kekantor naik apa? masa naik Onta?”

“Ish! Pokoknya jangan! yaudah gapapa pake mobil, asalkan jangan tukeran mobil sama gua”

“Yaudah, kamu juga janji jangan pernah tidur dan lupa bangun lagi. enggak, maksud saya, makan yang teratur, istirahat yang cukup, kalo sakit berhenti. Kalo kamu gak sadarnya seminggu, kayaknya saya udah mati muda deh karena tensi naik mikirin kamu terus”

“Bang jep lo mau makan apaan gaada cilok, nyari nya su—– KAK DISA!!!! GILA LO KAPAN BANGUNNYA?!” Nana baru saja membuka pintu dan langsung berlari kearah disa.

“MINGGIR LO BANG JEP, GUA MAU LIAT KAKAK GUA. BANG MARK!!! KAK DISA UDAH BANGUN BANG!!” teriak Nana

Mark terlihat memasuki ruangan dengan sangat terburu-buru karena mendengar teriakan Nana.

“Kak... parah banget lo lama banget sadarnya.” ucap Mark pelan.

“Sini mark, gua kangen banget sama lo.” Ucap Disa sembari melebarkan tangannya agar Mark memeluknya bersamaan dengan Nana yang sudah duluan memeluk Disa. Tanpa menunggu lama, Mark langsung menghampiri kakaknya tersebut dan ikut memeluk Disa bersama Nana.

Jeffrey tersenyum bahagia melihat moment indah didepannya, Jeffrey sangat lega karena Disa sudah sadar, ia takut Disa benar-benar meninggalkannya tanpa pernah kembali seperti mimpi buruk yang ia alami kemarin.

“Tau gak lo kak, kalo ampe lo kenapa-kenapa, Bos lo mau gua tuntut dan firmanya mau gua bumi hanguskan karena udah bikin kakak gua sakit gini.” Ucap Mark sambil melirik Jeffrey. Disa hanya tertawa mendengar itu.

“Ye, kayak gatau gua aja lo. Udah tau hidup gua didedikasikan untuk Disa, yakali gua maksa dia kerja. Emang harusnya di pecat aja nih yang namanya Adisa” Balas Jeffrey tak kalah kesal.

“Kok dipecat sih?!” tanya Disa bingung.

“Iya, kamu saya pecat jadi karyawan. Pekerjaan baru kamu jadi Istri saya aja.”

“IDIH DANGDUT LO BANG!! kemaren aja lesu banget kayak pensil inul, disuruh makan gak mau, disuruh sidang malah marah-marah” Ucap Nana mengejek Jeffrey yang sekarang sudah mulai bisa tersenyum setelah 2 hari dalam keadaan yang sangat kacau.

Disa yang berusaha bangun dari mimpinya, dan Jeffrey yang berusaha membangunkan Disa agar mimpi buruknya kemarin tidak menjadi kenyataan.

Author: Mimpi dimulai dari tanda BINTANG yang terdapat pada part Rena chat Disa, dan diakhiri lagi oleh tanda BINTANG lagi yang terdapat pada bagian part terakhir kemarin.

Teh kenapa kok mimpinya panjang banget?

Sebenernya gak terlalu panjang, mungkin karena updatenya gak langsung jadi kalian merasa panjang:( Kalo kalian perhatikan, semenjak part Rena chat Disa ada banyak bagian yang loncat-loncat, alias gak aku ceritakan secara mendetail, karena emang bagian dari mimpi itu kadang kan gak jelas. sampai-sampai tukang cilok masuk kedalam mimpi:(

Teh kenapa mimpinya serem?

Kalo diperhatikan, beberapa hari sebelum Disa mimpi, dia terus-terusan dapat pesan dari nomer yang asing, tapi dia berusaha tetap santai, lebih tepatnya pura-pura gak khawatir. Dari chat Disa dan Yeri sebenarnya udah keliatan banget kok kalo Disa tuh takut, tapi sayangnya dia gak cerita itu ke Jeffrey maupun Mark. Sampai akhirnya dia sakit, beban pikiran ditambah lagi tubuh dia yang benar-benar kecapean (dijelasin diatas)

Nah, semua terasa jelas dari mulai ada bagian doy, echan, taeyong, ayahnya dimimpi, itu semua untuk memperkuat ketakutan Disa. Disa itu banyak beban, dari mulai 5th hidupnya berat. makanya ada part dimana yang ada ayahnya Disa, sebenernya itu semua menggambarkan perasaan Disa kepada ayahnya, lebih tepatnya perasaan kecewa sih. Kalo taeyong ada dimimpi, ya itu faktor dari Taeyong orang kepercayaan Ayah Disa, dan juga mungki kebawa mimpi karena permasalahn perasaan Taeyong kepada Disa.

Selamat untuk semua yang telah berhasil/mencoba memecahkan Teori. Kalian semua hebat! Sampai bertemu lagi besok malam, dan maaf beberapa hari ini bikin banyak pikiran sampai ada yang kebawa mimpi hihihihi

with love,

-Ales<33