Teruntuk si Pod Anggur

Tuan itu, berhasil meyakinkanku untuk melangkah maju, disaat diriku tak yakin dengan kemampuan sendiri, dia bilang, “Jangan ragu, kamu harus melangkah maju. Lebih baik mati dalam kegagalan daripada mati dalam keragu-raguan.”

Ah Tuan itu, tuturnya selalu saja bisa menghipnotisku. Saat itu aku seakan lebih percaya diri untuk melangkah maju, aku ingin berani, dan tak terjebak dikeragu-raguan yang tanpa sadar sudah ku bangun sendiri.

Mulai aku melangkah maju, dan Tuan itu dengan senyum manisnya berada disampingku. Menemani segala proses dalam tulisanku, “Mau gadang malam ini? Yaudah, ditemenin.” Ucapnya kala itu. Ah Tuan, terimakasih karena sudah bersedia menemaniku semalam suntuk.

Tuan, aku kira akan ditemani hingga tulisan ini berada di halaman terakhir. Aku pikir, kita akan tetap bersama hingga titik akhir diujung tulisanku ini. Ternyata, kau pergi dan menjauh, bahkan tulisanku belum sampai diakhir cerita.

Tepat dikata ke-24.000, Tuanku pergi, menghilang, dan menjadi asing. Sempat aku kehilangan arah, sempat aku ingin berhenti karena Tuan sudah tidak menemani, terasa sesak, terasa sakit setiap mengingatnya lagi.

Tapi lihatlah Tuan, aku berhasil menyelesaikan tulisanku tanpa kau temani. Walau harus merasa sakit berdarah-darah karena tak ada lagi hadirmu dikeseharianku, nyatanya, aku masih bisa melangkah maju, walau hanya seorang diri.

Si pod anggur yang sangat ku kagumi, terima kasih, terima kasih, terima kasih karena sudah membantuku untuk percaya diri, membantuku keluar dari keragu-raguan yang menjebak diriku sendiri, walau pada akhirnya kau pergi, dan kembali membuatku mempertanyakan, Tulisanku memang sudah layak, tapi apakah sang penulisnya layak untuk dicintai?

Jikalau kau membaca ini, Tuan, semoga bahagia selalu menyertai. Doaku disini, agar kau mendapatkan puan yang layak, dan mencintaimu sepenuh hati. Tidak perlu khawatir, patah hati sudah menjadi teman lamaku, aku hanya perlu beradaptasi lagi. Tuan, makan yang banyak, ya? Jangan terlalu dipaksakan, dan kurangi pod anggur dan rokokmu itu. Karena, saat ini, tak bisa lagi aku mengirim pesan untuk mengingatkan agar kau tak lupa makan, karena, kisah kita sudah berakhir dikata 'hampir'.

-Ara.